Jumat, 03 Agustus 2012

Seminggu Setelah Kepergianmu

Tak ada lagi kamu yang memenuhi kotak inbox dihandphoneku. Tak ada lagi sapamu sebelum tidur yang terdengar riuh ditelingaku. Tak ada lagi genggam tanganmu yang menguatkan setiap langkah kakiku. Tak ada lagi pelukanmu yang meredam segala kecemasan. Tanpamu....semua berbeda dan tak lagi sama.

Aku membuka mata dan berharap hari-hariku berjalan seperti biasanya, walau tanpamu, walau tak ada kamu yang memenuhi hari-hariku. Seringkali aku terbiasa melirik ke layar handphone, namun tak ada lagi ucapan selamat pagi darimu dan beberapa emote kiss yang menjadi energiku. Pagi yang berbeda. Ada sesuatu yang hilang.

Lalu aku mulai menjalani semua aktifitasku seperti biasa, tentu kamu tahu itu. Dulu, kamu memang selalu mengerti kegiatan dan rutinitasku. Namun sekarang, tak ada lagi kamu yang berperan aktif dalam siang dan malamku. Tak ada lagi pesan singkat yang mengingatkan untuk menjaga pola makan ataupun menjaga kesehatan. Bukan masalah besar memang, aku mandiri dan sangat tahu hal-hal yang harusnya aku lakukan. Tapi... entah mengapa aku merasa seperti kehilangan, tanpa pernah tau apa yang telah hilang. Aku seperti mencari, tanpa tahu apa yang telah aku temukan.

Rasa ini begitu sullit untuk dideskripsikan. Kamu membawa jiwa melayang dan mengasingkan aku ke dunia yang bahkan belum aku ketahui. Aku bercermin, memperhatikan wajah dan bentuk tubuhku. Aku tak mengenal sosok didalam cermin itu. Tak ada aku dalam cermin yang kuperhatikan sejak tadi. Aku berbeda dan tak mengenal siapa diriku. Seseorang yang kukenal dalam tubuhku kini menghilang setelah kepergian kamu. Kamu merampas habis cinta yang kupunya, melarikannya kesuatu tempat yang sulit ku jangkau. Entah dimana aku bisa menemukan diriku yang telah hilang itu. Aku kebingungan dan kehilangan arah. Siksaanmu terlalu besaar untukku, aku terlalu lemah untuk merasakan semua rasa sakit yang telah kau sebabkan.

Bagaimana mungkin aku bisa menemukan yang lebih baik jika aku pernah memiliki yang terbaik? Bagaimana aku bisa menemukan orang yang lebih sempurna jika aku pernah memiliki yang paling sempurna?

Aku benci pada perpisahan. Entah mengapa dalam peristiwa itu harus ada yang terluka, sementara yang lainnya bisa saja bahagia dan tertawa. Kamu tertawa dan aku terluka. Kita seperti menyakiti, tanpa tahu apa yang patut dibenci. Kita seperti saling memendam dendam, tanpa tahu apa yang harus dipermasalahkan.
Aku menagis sejadi-jadinya, sedalam-dalamnya atas dasar cinta. Kamu tertawa sekeras-kerasnya, sekencang-kencangnya, atas dasar... entah harus aku sebut apa. Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu yang begitu rumit itu. Aku merasa sangat kehilangan, sementara kamu dalam hitungan jam telah menemukan yang baru. Bagaimana mungkin aku harus menyebut semua adalah wujud kesetiaan?
Begitu sulitnya aku melupakanmu, dan begitu mudahnya kamu melupakanku. Inikah caramu menyakiti seseorang yang tak pantas kau lukai?

Jam berganti, dan semua berputar.  Tak ada hal yang mampu keperjuangkan, selain membiarkanmu pergi dan tak berharap kamu menorehkan luka lagi. Aku hanya berusaha menikmati luka, hingga aku terbiasa dan akan menganggapnya tak ada. Kepergianmu yang tak beralasan, kehilanagn yang begitu menyakitkan, telah menjadi candu yang kunikmati sakitnya.

Aku mulai suka pada air mata yang jatuh untukmu. Aku mulai menikmati saat-saat napasku sesak ketika mengingatmu. Aku mulai jatuh cinta pada rasa sakit yang kau ciptakan selama ini.

with love :)
Ahmad Ramdani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar