Senin, 30 Juli 2012

Berartinya Dirimu

jika cinta berganti
datang dan pergi hingga kembali
tapi hatiku mati sekian lama kau hianati
saat engkau bicara berjuta kata engkau ucapkan
aku kadang merasa cinta yang ada tak pernah nyata
kuingin engkau tau
berartinya dirimu
ku tak ingin kan engkau ragu
aku kan bertahan dalam hidupmu
jika engkau pergi hilang dariku
meninggalkan mimpi dalam tidurku
bersamamu dan tanpamu


Hikmah Hidup - Kisah Seorang Pedagang dan 4 Istrinya

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri. Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya dengan harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya ini. Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini kepada semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain. Begitu juga dengan istrinya yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian. Kapanpun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit. Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sang suami. Akan tetapi, sang pedagang tak begitu mencintainya. Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun, pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

Disaat si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia akan segera meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan berkata dalam hati.
"Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup sendiri"
Lalu ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai bertanya pada istri keempatnya.
"Kaulah yang paling kucintai, kuberikan gaun dan perhiasan yang indah. Nah sekarang aku akan mati, maukah kau mendampingi dan menemaniku?"
"Tentu saja tidak." jawab istri keempat, dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi.
Jawaban itu sangat menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan mengiris-iris hatinya. Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga.
"Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku?"
Istri ketiga menjawab, "Hidup begitu indah disini. Aku akan menikah lagi jika kau mati."
Sang pedagang begitu terpukul dengan ucapan ini. Badannya mulai terasa demam.

Lalu, ia bertanya pada istri keduanya.
"Aku selalu berpaling padamu setiap kali mendapat masalah, dan kau selalu membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau aku mati, maukah kau ikut dan mendampingiku?"
Sang istri menjawab pelan, "Maafkan aku. Aku tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga keliang kubur saja. Nanti akan kubuatkan makam yang indah untukmu."
Jawaban itu seperti kilat yang menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa. Tiba-tiba terdengar sebuah suara.
"Aku akan tinggal denganmu. Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Aku tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu."
Sang pedangan lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus. Badannya tampak seperti orang yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam,
"Kalau saja aku bisa merawatmu lebih baik saat aku mampu, tak akan kubiarkan kau seperti ini, istriku."

Teman, sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini.
Istri yang keempat, adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah, semua akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.
Istri ketiga, adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah, dan melupakan kita yang pernah memilikinya.
Sedangkan istri kedua, adalah kerabat dan teman-teman. Seberapapun dekatnya hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita selamanya. Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita.
Dan sesungguhnya, istri pertama adalah jiwa dan amal kita. Mungkin kita sering mengabaikan dan melupakannya demi kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak.
Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal belakangan.





#Source : Kaskus

semua terjadi begitu saja

08 September 2010, tepatnya hari Rabu malam. Kami meyakinkan diri untuk bersama-sama setelah kecocokan yang di dapat pada masa pendekatan. Pada saat itu sebagaimana umum nya pasangan yang baru di anugerahi indah nya CINTA, semua hal yang kami lakukan selalu membawa keceriaan, saling tatap pun bisa membawa kebahagiaan. Sungguh indah masa-masa seperti itu, satu bulan pertama hubungan kita begitu mulus dijalani bagaikan sebuah jalan tanpa ada hambatan. Bulan berikutnya kita ingin mengenal lebih dekat suapaya kita bisa lebih mengerti sifat dan karakter masing-masing. Lanjut bulan berikutnya kami saling berjanji, mengungkapkan apa yang akan dijalani untuk kedepannya. Mungkin impian kami yang begitu mudah kita bayangkan tanpa rasa takut atau kecewa dan kita yakin bisa menjalani dan melewati semua itu. Setiap tgl 8 kita slalu merayakan happy month setidaknya disaat kita sibuk atau jauh slalu mengingatkan bahwa hari ini adalah hari kita. Hubungan terus berlanjut sebagaimana mestinya, kita sering berikan perhatian melalui sms atau telfon dan perhatian itu begitu special buat kami. Sebelum tidur kita telfon untuk curhat dll bahkan sampai salah satu dari kita tertidur telfon itu masih berjalan, dan kita pun tak pernah ada rasa untuk marah.
Satu dua tiga bulan, setahun, berlalu...
Sekarang bagaimana? sekarang semua itu telah pupus seiring bertambah nya usia hubungan kami segala kondisi telah kami lalui senang, bahagia, sedih, bertengkar, sampai seperti perang pun telah kami lalui. Sekarang, hari demi hari kami lalui hanya dengan kesalah pahaman, ego yang sangat tinggi bahkan ketika kami saling ingin mengetahui kabar masing-masing pasti ada saja hal yag di ributkan. Jika hal ini terjadi jarang-jarang masih terlihat wajar tetapi kalau sampai setiap hari apakah tidak lelah? Setiap pasangan yang menjalin hubungan seperti ini pasti saja merasakan hal sama seperti apa yang kami rasakan sekarang ini. Mungkin kejenuhan yang kita alami akhir-akhir ini. Kita jenuh jika setiap hari setiap waktu diisi dengan bertengkar, tak ada lagi keceriaan yang kami hadirkan disini, rasa nya sulit sekali menghadirkan keceriaan seperti dulu yang setiap waktu kami buat. Sekarang ego adalah masalah besar yang kami hadapi. Apa yang dulu kita impikan, mungkin sia-sia. Ada yang mengatakan bahwa "kenyataan tak slalu indah seperti bayangan".
 Allah bantu kita, kita sangat ingin seperti dahulu semoga kita bisa menjalani ujian terberat yang dialami saat ini.